Sabtu, 29 Desember 2012

Discussion About Fruits

 
Salak (Snake Fruit)


Salak is a kind of palm tree with fruit commonly eaten. He is also known as snake fruit, while the scientific name is Salacca zalacca. The fruit is called a snake fruit because the skin like snake scales.


Scientific classification

Kingdom              : Plantae
Division                : Magnoliophyta
Class                      : Liliopsida
Order                    : Arecales
Family                  : Arecaceae
Genus                   : Salacca
Species                : S. zalacca
Binomial name : Salacca zalacca


The Origin of Snake Fruit

According to Nikolai Ivanovich Vavilov, the Russian botanist, ensuring that the fruits of plant origin is the Indo - Malayan.

Habitat of Snake Fruit

Salak thrives in loose soil and moisture, as well as the area affected by volcanic ash.
In further developments, bark cultivated by many countries the Philippines, Thailand, Japan and Queensland. Salak known as snake fruit has more than 20 species.
In Indonesia, one of the main commodity is fruits Bali area. In Bali, fruits continue to be developed as an export commodity. Other areas in Indonesia are also developing fruits are commodities in West Java, South Sumatra and the Moluccas.

Benefit

• The fruit dimanfaakan as table fruit
• Strands of young leaves and leaf stalks skins of fruits can be used as a woven material, though
    of course after the spikes removed fruits first.
• Clumps fruits often planted as a hedge, because thorns fruits nearly impenetrable
• For treatment such as to stop the diarrhea, so if you mostly eat bark will cause obstruction in
   the middle levels.
• Beneficial for healthy skin and nails
• Beneficial for eye health
• Pieces of leaves that have been dried stalk is often used to arm the fence, or to protect the
   fruit from the tree being thieves.
• Skin sometimes bark is also used in traditional china medicine / herbs as medicine

Varieties of Snake Fruits

1. Pondoh
Derived from the Soka village, Sleman, Yogyakarta. It was sweet. Salak popularity in Indonesia Consumer tongue not free from smell and taste, the sweet fresh without feeling Sepat, though the fruit is not quite ripe fruit size even small skin color, until slightly Large / Large, brown skin color kehita-man, s / d yellowish brown, reddish brown s / d Yellow reddish, dark blackish red.

2. Manonjaya
Came from the village of Pasir Batang And Cilangkap Tasikmalaya. It was Varies, from Sweet As Sweet little Sepet watery, not Masir. Fruit Size Varies skin color, from Small, Medium to Large, brown to black

3. Granulated sugar
Came from the village of Karang Asem Sibetan Bali. It was Very Sweet, Sweet. Fruit size fruit flesh color of the skin is relatively thick, small seeds, dark brown and scaly small

4. Bali
Salak Bali is commonly sold all over the island of Bali, and is a popular ruit with both locals and tourists. The fruit is roughly the size of a large fig, and has a crunchy and moist consistency. The fruit has a starchy 'mouth feel', and a flavor Reminiscent of dilute pineapple and lemon juice.

Contents

No amount Kandunga Nutrition
1 Calories 77.0 cal
2 Protein 0.40 g
3 Carbohydrates 20.90 g
4 Calcium 28.00 mg
5 Phosphorus 18.00 mg
6 Iron 4, 20 mg
0.04 mg Vitamin B 7
8 Vitamin C2, 00 mg
9 Water 78.00 mg

The Danger from Snake Fruit

Fruits that taste sepat was not recommended for patients with gastritis and colitis due to tannins in fruits can aggravate the condition of intestinal injury and difficult to digest. Tannins are substances found in plants.

Selasa, 06 November 2012

Resensi Novel : Charlie si Jenius Dungu

Charlie : Si jenius Dungu 
  
    
 
Judul buku     : Charlie Si Jenius Dungu
Penulis            : Daniel Keyes
Penerjemah     : Isma B. Koesalamwardi
Penyunting    : Dewi Kartika Teguh Wati
Judul Asli       : Flowers for Algernon
Penerbit          : UFUK
Cetakan I        : Maret 2009
Cetakan II       : Mei 2009
Cetakan III     : Agustus 2009
Harga              : Rp. 39.900.00
Tebal               : 457 halaman


            Siapa yang menginginkan terlahir seperti Charlie? Bukanlah keinginan setiap orang terlahir dengan IQ dibawah rata-rata. Dimana dengan IQ yang dibawah 100 membuat seseorang tidak dapat mengerti tentang apa yang mereka lakukan dan apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya, dengan kata lain orang yang mengalami hal seperti ini memiliki gangguan mental (psikologis). Tingkah lakunya pun cenderung kekanak-kanakan seperti anak-anak yang belum mengerti apa-apa,  walaupun usianya sudah menginjak dewasa Ia akan tetap menjadi seorang yang polos yang tidak mengerti apapun.

            Dalam novel yang berjudul Charlie Si Jenius Dungu ini menceritakan tentang  perjalanan hidup seorang anak laki-laki bernama Charlie (Charles Gordon)  yang berusia 32 tahun dan terlahir hanya dengan IQ 68. Dimana Ia mendapat perlakuan tidak adil dari orang tuanya, selain itu Ia juga harus selalu menjadi bahan olok-olokan teman-teman dan orang-orang  disekitarnya atas kebodohan dirinya. Ibunya yang merasa malu akan Charlie berusaha dengan segala cara untuk menyembuhkan penyakitnya itu mulai dari terapi otak, suntik hormon, sampai dengan terapi sengatan listrik, tetapi tidak ada yang berhasil sedikitpun. Walaupun begitu,  penderitaan yang dialami Charlie tidak semata-mata membuat Ia putus asa, hingga akhirnya Ia berusaha bagaimana caranya Ia menjadi pandai seperti layaknya orang-orang normal lainnya.

            Saat berusia 18 tahun, Charlie terbuang dari keluarganya hingga akhirnya Ia di asuh oleh seorang pemilik toko roti bernama Paman Doner dan memperkerjakannya disana. Hingga pada suatu hari seorang dokter dan proffesor yang pernah melakukan percobaan mengoperasi seekor tikus hingga menjadi tikus yang jenius menawarkan Charlie untuk melakukan operasi serupa hingga Ia bisa menjadi jenius seperti tikus yang diberi nama Algernoon tersebut. Akhirnya operasi pun berjalan lancar dan dengan keseriusan dan kerja kerasnya, Charlie pun berubah dari Charlie si dungu menjadi Charli si jenius. Namun kejeniusan yang dimilikinya itu tidak membuat Ia disenangi dan diperlakukan layaknya manusia normal seperti yang Ia harapkan selama ini. Dan karena kejeniusan yang dimilikinya  secara instant tersebut  Ia harus kehilangan pekerjaan dan teman-temannya di toko roti.

            Sesuatu yang dilakukan manusia tidaklah sempurna. Tiba saatnya Charlie menemukan fakta bahwa terdapat degradasi pada Algernon, tikus yang menjadi bahan eksperimen sebelum dirinya. Algernon mengalami keanehan pada perilakunya. Dia sering membentur - benturkan dirinya pada dinding labirin, tempat ia berlatih. Charlie tahu kalau ia harus berjuang melawan waktu atau kalau tidak pada akhirnya ia akan menjadi seperti tikus tersebut.

            Novel ini diulas dengan gaya laporan harian yang ditulis oleh pelaku utamanya (Charlie). Bagian-bagian awal novel ini berisi laporan dengan gaya tulis yang acak-acakan, penuh dengan salah ejaan, tanda baca, dan tata bahasa karena pelaku utama dalam novel ini memiliki IQ yang sangat rendah yang awalnya tidak dapat menulis. Kemudian laporan-laporan ini berkembang dengan perbaikan-perbaikan tata bahasa, gaya tulis, dan pola pikir. Perlahan-lahan kita dibawa dari saat cara pikir Charlie yang masih kekanak-kanakan dan menerima segala hal dengan senyum.  Selanjutnya kita melihat perubahan pada kecerdasan dan pribadi Charlie yang menjadi  pandai serta kritis terhadap sesuatu.

Kesimpulan :
Dalam novel ini memberikan motivasi yang baik bagi orang-orang diluar sana yang mengalami nasib serupa seperti charlie dimana orang yang mempunyai IQ hanya 68 dapat menjadi pandai berkat usaha dan kerja keras serta keyakinan yang kuat. Dan bukan berarti dengan keterbelakangan seperti ini dapat membuat seseorang hidup sendiri tetapi masih ada yang ingin berteman dengannya. Selain itu banyak lagi pelajaran yang dapat kita petik dari cerita ini bahwa hidup apa adanya menjadi diri sendiri walaupun berkekurangan lebih baik dari pada hidup dengan berbagai kelebihan akan tetapi merubah diri menjadi orang lain dan sesuatu yang didapat dengan cara instant tidak akan mendapatkan hasil yang sempurna dan kekal.



Keunggulan
Novel ini memiliki, yaitu para pembaca seolah-olah dibawa menelusuri dan merasakan perjalanan hidup tokoh utamanya. Selain itu novel ini sangat menyentuh hati, menegangkan, mengharukan  dan kaya akan emosional. Walaupun novel ini merupakan novel fiksi ilmiah, tetapi kisah yang ada terasa sangat nyata dan meyakinkan sekali. Untuk novel fiksi ilmah sejenisnya, novel ini menggunakan bahasa yang lebih sederhana dan mudah dimengerti oleh berbagai kalangan masyarakat, terlebih masyarakat awam.   
Buku karya Daniel Keyes, yang merupakan seorang penulis Bestseller The Minds of Billy Miligan ini terjual lebih dari 5 juta kopi dan meraih HUGO AWARD dan NEBULA AWARD.

Kekurangan
Namun dalam novel ini terdapat  beberapa kisah yang tak sesuai dengan kebudayaan kita sebagai orang timur, seperti dikisahkan minum-minuman keras dan lain-lain.

Tentang Penulis

Daniel Keyes dilahirkan di Brooklyn, New York, penulis 8 buku yang telah diterjemahka kedalam berbagai bahasa, salah satunya The Minds of Billy Miligan. Beliau telah muncul di acara The Today Show, Regis And Kathy, 20/20, Sonya Sonya, dan Larry King Live, mengajar di lebih dari 60 Universitas, serta menerima gelar B.A dan M.A dari Brooklyn College. Seorang profesor yang telah pensiun dengan terhormat di Ohio University.

Jumat, 02 November 2012

Cerpen Pendidikan : Sekolahku di Pedalaman

-->Sudah lima tahun aku belajar di sekolah “Budi Makmur” ini. Sekolahku berada di daerah pedalaman. Kondisi sekolahku sangat sederhana. Hanya ada tiga kelas. Dindingnya terbuat dari papan dan kulit kayu. Sementara atapnya terbuat dari daun sagu, atau sering disebut daun rumbia oleh suku pedalam. Meja dan tempat duduk kami terbuat dari papan yang dibuat memanjang. Papan tulis hitam berukuran 1x2 meter menggantung di depan kelasku. Se-kolahku hanya berlantaikan tanah. Kalau hujan turun, airnya akan masuk ke dalam kelasku hingga menjadi becek.

Sekarang aku sudah kelas enam. Hanya ada empat orang murid di kelasku. Sedangkan guru yang mengajar di sekolahku hanya ada dua orang. Pak Nantan dan Pak Kurna, mengajar dari kelas satu sampai kelas enam.

Dalam belajar, kami dan guru senang membaur. Seperti mengerjakan latihan misalnya, kami sering mengerjakan dan memecahkannya bersama-sama, dan tidak malu-malu bertanya kalau tidak paham. Kami dan guru terlihat sangat akrab sekali!

Pulang sekolah hari ini aku dibonceng Pak Nantan naik sepeda ontel. Sedangkan Rizal, temanku, ikut dengan Pak Kurna. Kami sering dibonceng seperti ini karena rumah kami berdua paling jauh. Jarak rumah ke sekolahku empat kilo meter. Jam enam pagi aku sudah harus berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki melewati jalan setapak dan hutan belantara.

“Pak Nantan hari ini mancing ke sungai lagi? Boleh Ujang ikut?” tanyaku.

“Bapak hari ini memetik buah kelapa di kebun, Jang. Uang belanja sudah menipis. Besok kalau kelapa-kelapa itu sudah terjual, Bapak pasti akan ajak Ujang mancing di sungai!” janji Pak Nantan.
Aku sedih mendengarnya. Sudah lelah mengajar di sekolah, Pak Nantan harus memanjat kelapa lagi sesampainya di rumah. Kalau tidak, keluarganya tidak bisa makan. Karena dengan menjual buah-buah kelapa itulah Pak Nantan bisa mendapatkan uang untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.
Pak Nantan tak menerima gaji mengajar di sekolah, karena Pak Nantan hanya tamat SMP. Tapi niat baiknya ingin memajukan kampungku supaya bebas buta huruf dan pandai berhitung memang patut diacungi jempol.

Setahun yang lalu ada dua orang guru bantu yang dipindahtugaskan dari kota ke kampungku. Betapa gembiranya aku waktu itu. Aku berharap kehadiaran mereka bisa memberikan kemajuan bagi sekolahku. Namun harapanku itu kemudian pupus. Sebulan mengajar, mereka hanya empat kali datang ke sekolahku. Bulan berikutnya, mereka tak pernah datang-datang lagi ke sekolah. Ah, mungkin mereka tak terbiasa dengan keadaan kampungku yang terpelosok jauh berada di pedalaman.

Suatu hari Pak Nantan pernah bertanya kepadaku tentang cita-citaku. “Apa cita-citamu, Jang?”

“Aku ingin jadi seperti Bapak!” jawabku mantap.

“Menjadi guru?” Pak Nantan ter-senyum.

Aku mengangguk, “Aku ingin membuat kampung ini menjadi maju. Aku ingin semua orang bisa membaca dan berhitung. Kalau orang-orang di kampung ini sudah bisa membaca dan berhitung, pasti mereka bisa membangun kampung ini mejadi lebih maju!”

Mata Pak Nantan tampak berkaca-kaca mendengar penuturanku. “Pendidikan di kampung ini memang sangat menyedihkan. Tak ada guru-guru yang mau mengajar di kampung ini. Apalagi kebanyakan anak-anak seusiamu lebih memilih bekerja di ladang membatu orang tua mereka dari pada pergi ke sekolah.”

Air mataku menetes. Aku sedih sekali. Di rumah, seharusnya Abah dan Emak bisa membimbingku belajar dan mengerjakan PR. Tapi mana mungkin. Kedua orang tuaku tidak pandai membaca dan menulis. Malah suatu ketika Abah dan Emak memintaku untuk mengajari mereka membaca, menulis dan berhitung. Wah… Bagaimana mungkin? Apa aku bisa? Ah, tapi akhirnya kucoba juga. Setiap hari setelah pulang sekolah, aku pun mengajari orang tuaku membaca, menulis dan berhitung.

“Abah bangga padamu, Jang. Anak sekecil kamu sudah pandai mengajari Abah dan Emakmu membaca, menulis dan berhitung,” ujar Abah memujiku.

“Emak juga bangga, Jang. Berkat kamu sekolah, Emak dan Abahmu jadi tak bodoh lagi. Emak dan Abahmu sekarang sudah bisa membaca walaupun masih mengeja,” kata Emak lalu mencium kepalaku.

“Terima kasih,” ucapku terharu. “Ini juga berkat Abah dan Emak yang mau menyekolahkanku hingga aku menjadi pintar dan bisa mengajari Abah dan Emak di rumah, hehe…”
Abah dan Emak memelukku, dan menciumi kedua pipiku dengan penuh rasa sayang dan cinta.
Ah, kelak, aku harus bisa membangun kampung ini menjadi lebih maju! Aku ingin semua orang di kampung ini bisa membaca, menulis dan berhitung. Doakan aku, ya, teman-teman!***

Sebuah cerpen pendidikan oleh:
Surya Ismail

Jumat, 19 Oktober 2012

Bermimpilah dan Kejarlah


Sabtu, 13 Oktober 2012

Cara Membaca Garis Tangan

-->




Ada ribuan urat syaraf yang berujung pada telapak tangan Anda dan ujung lainnya adalah pada otak Anda. Jadi senantiasa terjadi komunikasi 2 arah antara kedua ujung ini. Oleh karena itu, garis tangan dan tanda-tanda di telapak tangan Anda merefleksikan kepribadian Anda, menunjukkan kondisi emosi dan fisik Anda yang sebenarnya!
 
Tangan kiri dan kanan
Membaca garis tangan biasanya dimulai dari tangan yang dominan. Pada umumnya adalah tangan kanan. Namun bila Anda kidal, hal ini adalah sebaliknya. Tangan kanan biasanya merefleksikan kondisi saat ini dan yang akan datang, identitas pribadi yang berubah perlahan, rasional dan pikiran sadar Anda, kinerja Anda, serta seberapa banyak talenta Anda.
Tangan kiri banyak berbicara mengenai masa lalu Anda, masa kecil Anda, kehidupan yang dipengaruhi orang tua Anda, pikiran intuitif serta kemampuan / potensi Anda serta faktor-faktor keturunan.

Perlu diingat bahwa tangan kanan Anda dikontrol oleh otak kiri Anda (fokus pada logika, alasan serta kemampuan bahasa), sedang tangan kiri dikontrol oleh otak kanan (kreativitas, hubungan, dan pemahaman)

Bentuk telapak tangan
Dalam ilmu palmistry modern, dipergunakan cara yang lebih metodologis dalam penentuan kelompok berdasarkan bentuk tangan. Dalam hal ini dikelompokkan dalam 4 bagian :

a. Earth (bumi). Orang yang memiliki tangan seperti ini biasanya praktis, pekerja keras namun realistis / membumi. Mereka dapat diandalkan, jujur namun cenderung konservatif.
b. Fire (api). Orang yang memiliki tangan seperti ini memiliki karisma tinggi, dilahirkan untuk memimpin. Mereka sangat baik dalam mencapai apa yang diinginkan, berenergi tinggi. Namun mereka mudah bosan dan frustasi.
c. Water (air). Orang ini cenderung suka berimanigasi, alamiah, seringkali bertindak berdasarkan mood serta cenderung introvert. Makin panjang jemarinya, sifatnya makin kurang membumi (kurang berdasarkan pada kenyataan yang ada). Namun demikian, mereka cenderung sabar serta senang memelihara sesuatu.
d. Air (udara). Orang ini pintar, rasional, dan teratur. Jarinya yang panjang menunjukkan tingkat kreativitas mereka. Orang ini cenderung mengutamakan logika daripada perasaan.

Ada juga pengartiannya dengan sistem tata surya kita. Berikut adalah penjelasannya :

1. Bukit Venus (simbol wanita)

- Amat besar, berkembang berlebihan secara fisik amat energik, hedonistik.
- Lebar dan Bulat, berjiwa hangat, tulus penuh perhatian, menyukai anak-anak.
- Datar, tidak berkembang memiliki makna keadaan jasmani rapuh, memisahkan diri dan dapat berdiri sendiri.
- Tinggi dan keras, amat berorientasi pada seks.
- Tinggi dan lembut, mudah tergugah dan bimbang.
- Bagian bawah lebih menonjol, menyukai hal-hal seni


2. Bawah Mars (simbol jantan)
- Ukuran normal, Berani-tegas.
- Datar, tidak berkembang,pengecut, takut pada penderitaan fisik.
- Amat besar, Mungkin kejam, tetapi tidak pernah takut mengambil resiko

3. Bukit Jupiter

- Menandakan semangat, antusias, bertempramen baik dan bersahabat.

4. Bukit Saturnus
- Normal, berpikir serius, hati-hati, bijaksana.
- Datar, tidak memiliki tujuan hidup yang jelas.
- Miring ke arah bukit matahari, mempunyai apresiasi tinggi terhadap keindahan


5. Bukit matahari
- Datar, Mengarah kepada kehidupan yang membosankan.
- Normal, orang yang beruntung, memiliki selera baik.
- Amat besar, berkembang berlebihan mewah, ekstravagan, dan hedonistik.
- Miring ke arah bukit Merkuri, dapat menghasilkan uang dari kesenian


6. Bukit Merkuri
- Datar, tidak berkembang menjemukan, mudah tertipu, dan tidak mempunyai rasa humor. Orang yang gagal.
- Nomal, Cepat berpikir, persuasif, pekerja keras.
- Besar, memiliki selera humor yang baik
- Amat besar, Penipu, materialistik dan panjang tangan.


7. Bukit Mars (simbol jantan)
- Datar, cenderung pengecut karena hanya tertarik pada diri sendiri
- Normal, Berani membela kebenaran
- Amat besar, Bertempramen buruk, kejam secara mental.


8. Bukit Bulan (simbol bulan)
- Normal, sensitif, romantis dan imajinatif.
- Datar, Kurang imajinatif, tidak mempunyai rasa simpatik, tidak stabil.
- Amat besar, Imajinatif berlebihan, intropeksif, mungkin tidak jujur
- Tinggi dan keras, Pemimpin yang bimbang, mudah tersinggung

Selain hal di atas, masih banyak lagi yang akan diperhatikan dalam menganalisa tangan dan garis tangan Anda. Contohnya adalah seberapa fleksibel tekukan telapak tangan, bentuk ujung jari jemari, bentuk dari sidik jari, kerataan jari-jemari, warna kuku, bentuk ruas jari, bentuk jempol, bagian-bagian yang menonjol pada telapak serta garis tangan Anda.

Suatu Kisah : Meja Kayu

-->

Suatu ketika, seorang kakek yang sudah sangat tua harus tinggal bersama di rumah anaknya. Selain itu tinggal pula menantu dan cucunya yang berusia enam tahun. Tangan orangtua ini sudah begitu rapuh dan sering bergerak tak menentu. Penglihatannya pun sudah sangat buram, dan berjalannya pun sudah tertatih-tatih. Keluarga ini biasa makan bersama di ruang makan. Namun, sang kakek yg sudah mulai pikun ini sering mengacaukan segalanya. Tangannya yg bergetar membuatnya susah untuk menyuap makanan. Sendok dan gerpu kerap jatuh. Saat si orangtua ini meraih gelas, segera saja air yg ada di dalamnya tumpah membasahi taplak meja.

Anak dan menantunya pun menjadi gusar. Mereka merasa direpotkan dengan semua ini. “Kita harus lakukan sesuatu”, ujar sang istri, “aku sudah bosan membereskan semuanya untuk orangtua ini.” Lalu, kedua suami-istri ini pun sepakat untuk membuatkan sebuah meja kecil di sudut ruangan. Di sana sang kakek akan duduk untuk makan sendirian, saat semuanya menyantap makanan.

Karena sering memecahkan piring, anak dan menantunya juga sepakat untuk memberikan mangkuk kayu untuk si kakek tua ini. Saat keluarga itu sibuk dengan makan malam, mereka sering mendengar isak tangis sang kakek dari sudut ruangan. Terlihat juga air mata yg tampak mengalir dari gurat keriput mata si kakek tua itu. Akan tetapi, hal ini sama sekali tidak menyentuh hati anak dan menantunya, malah selalu saja kata yg keluar dari anak san menantunya ini adalah omelan agar dia tidak menjatuhkan makanan lagi.

Cucu si kakek yg baru berusia enam tahum sering dibuat tertegun memandangi semua perlakuan orangtuanya. Sampai pada suatu malam, ayah si anak tanpa sengaja mmelihat anaknya sedang bermain dengan peralatan kayu. Dengan lembut ditanyalah anak itu.

“Sayang, kamu sedang membuat apa?”

Lalu dengan lugunya anak ini menjawab,

“Aku sedang membuat meja kayu untuk makan ayah dan ibu nanti kelak kalau aku sudah besar. Meja itu nanti akan aku letakkan di sudut sana, dekat tempat kekek bisa makan”.

Sungguh jawaban anak ini telah membuat kedua orang tuanya sangat terpukul, mulut mereka terkunci rapat dan tak mampu berkata-kata lagi. Perlahan air mata pun mulai menitik membasahi kedua pipi suami-istri itu. Walau tak ada kata2 yg terucap, tapi mereka kini benar-benar telah menyadari ada sesuatu yg salah yg telah mereka lakukan pada orangtua mereka. Pada malam itu juga, mereka menuntun tangan orangtuanya untuk kembali makan bersama di meja makan. Tak ada lagi omelan yg terucap, kini mereka makan bersama lagi di meja utama dengan bahagia.

Anak adalah cermin dari perilaku orangtua sehari-hari.