Charlie : Si jenius Dungu
Judul
buku : Charlie Si Jenius Dungu
Penulis
: Daniel Keyes
Penerjemah : Isma B. Koesalamwardi
Penerjemah : Isma B. Koesalamwardi
Penyunting : Dewi Kartika Teguh Wati
Judul
Asli : Flowers for Algernon
Penerbit
: UFUK
Cetakan I : Maret 2009
Cetakan II : Mei 2009
Cetakan III : Agustus 2009
Harga : Rp. 39.900.00
Cetakan I : Maret 2009
Cetakan II : Mei 2009
Cetakan III : Agustus 2009
Harga : Rp. 39.900.00
Tebal
: 457 halaman
Siapa yang menginginkan terlahir
seperti Charlie? Bukanlah keinginan setiap orang terlahir dengan IQ dibawah
rata-rata. Dimana dengan IQ yang dibawah 100 membuat seseorang tidak dapat
mengerti tentang apa yang mereka lakukan dan apa yang terjadi di lingkungan
sekitarnya, dengan kata lain orang yang mengalami hal seperti ini memiliki
gangguan mental (psikologis). Tingkah lakunya pun cenderung kekanak-kanakan
seperti anak-anak yang belum mengerti apa-apa, walaupun usianya sudah menginjak dewasa Ia
akan tetap menjadi seorang yang polos yang tidak mengerti apapun.
Dalam novel yang berjudul Charlie Si Jenius Dungu ini
menceritakan tentang perjalanan hidup
seorang anak laki-laki bernama Charlie
(Charles Gordon) yang berusia 32
tahun dan terlahir hanya dengan IQ 68. Dimana Ia mendapat perlakuan tidak adil
dari orang tuanya, selain itu Ia juga harus selalu menjadi bahan olok-olokan
teman-teman dan orang-orang disekitarnya
atas kebodohan dirinya. Ibunya yang merasa malu akan Charlie berusaha dengan
segala cara untuk menyembuhkan penyakitnya itu mulai dari terapi otak, suntik
hormon, sampai dengan terapi sengatan listrik, tetapi tidak ada yang berhasil
sedikitpun. Walaupun begitu, penderitaan
yang dialami Charlie tidak semata-mata membuat Ia putus asa, hingga akhirnya Ia
berusaha bagaimana caranya Ia menjadi pandai seperti layaknya orang-orang
normal lainnya.
Saat berusia 18 tahun, Charlie terbuang
dari keluarganya hingga akhirnya Ia di asuh oleh seorang pemilik toko roti
bernama Paman Doner dan
memperkerjakannya disana. Hingga pada suatu hari seorang dokter dan proffesor
yang pernah melakukan percobaan mengoperasi seekor tikus hingga menjadi tikus
yang jenius menawarkan Charlie untuk melakukan operasi serupa hingga Ia bisa
menjadi jenius seperti tikus yang diberi nama Algernoon tersebut. Akhirnya operasi pun berjalan lancar dan dengan
keseriusan dan kerja kerasnya, Charlie pun berubah dari Charlie si dungu
menjadi Charli si jenius. Namun kejeniusan yang dimilikinya itu tidak membuat
Ia disenangi dan diperlakukan layaknya manusia normal seperti yang Ia harapkan
selama ini. Dan karena kejeniusan yang dimilikinya secara instant tersebut Ia harus kehilangan pekerjaan dan
teman-temannya di toko roti.
Sesuatu yang dilakukan manusia
tidaklah sempurna. Tiba saatnya Charlie menemukan fakta bahwa terdapat
degradasi pada Algernon, tikus yang menjadi bahan eksperimen sebelum dirinya. Algernon mengalami keanehan pada perilakunya. Dia sering
membentur - benturkan dirinya pada dinding labirin, tempat ia berlatih. Charlie
tahu kalau ia harus berjuang melawan waktu atau kalau tidak pada akhirnya ia
akan menjadi seperti tikus tersebut.
Novel ini diulas dengan gaya laporan
harian yang ditulis oleh pelaku utamanya (Charlie). Bagian-bagian awal novel
ini berisi laporan dengan gaya tulis yang acak-acakan, penuh dengan salah
ejaan, tanda baca, dan tata bahasa karena pelaku utama dalam novel ini memiliki
IQ yang sangat rendah yang awalnya tidak dapat menulis. Kemudian
laporan-laporan ini berkembang dengan perbaikan-perbaikan tata bahasa, gaya
tulis, dan pola pikir. Perlahan-lahan kita dibawa dari saat cara pikir Charlie
yang masih kekanak-kanakan dan menerima segala hal dengan senyum.
Selanjutnya kita melihat perubahan pada kecerdasan dan pribadi Charlie yang
menjadi pandai serta kritis terhadap
sesuatu.
Kesimpulan :
Dalam
novel ini memberikan motivasi yang baik bagi orang-orang diluar sana yang
mengalami nasib serupa seperti charlie dimana orang yang mempunyai IQ hanya 68
dapat menjadi pandai berkat usaha dan kerja keras serta keyakinan yang kuat.
Dan bukan berarti dengan keterbelakangan seperti ini dapat membuat seseorang
hidup sendiri tetapi masih ada yang ingin berteman dengannya. Selain itu banyak
lagi pelajaran yang dapat kita petik dari cerita ini bahwa hidup apa adanya
menjadi diri sendiri walaupun berkekurangan lebih baik dari pada hidup dengan
berbagai kelebihan akan tetapi merubah diri menjadi orang lain dan sesuatu yang
didapat dengan cara instant tidak akan mendapatkan hasil yang sempurna dan
kekal.
Keunggulan
Novel
ini memiliki, yaitu para pembaca seolah-olah dibawa menelusuri dan merasakan
perjalanan hidup tokoh utamanya. Selain itu novel ini sangat menyentuh hati,
menegangkan, mengharukan dan kaya akan
emosional. Walaupun novel ini merupakan novel fiksi ilmiah, tetapi kisah yang
ada terasa sangat nyata dan meyakinkan sekali. Untuk novel fiksi ilmah
sejenisnya, novel ini menggunakan bahasa yang lebih sederhana dan mudah
dimengerti oleh berbagai kalangan masyarakat, terlebih masyarakat awam.
Buku
karya Daniel Keyes, yang merupakan seorang
penulis Bestseller The Minds of Billy
Miligan ini terjual lebih dari 5 juta kopi dan meraih HUGO AWARD dan NEBULA AWARD.
Kekurangan
Namun
dalam novel ini terdapat beberapa kisah
yang tak sesuai dengan kebudayaan kita sebagai orang timur, seperti dikisahkan
minum-minuman keras dan lain-lain.
Tentang Penulis